Di Indonesia, Facebook sebabkan banyak perselingkuhan?

Siapa tidak kenal Facebook: situs web jejaring sosial, ajang pertemuan kawan-kawan lama dan teman baru. Ternyata, Facebook juga berperan besar dalam perselingkuhan.
Lewat Facebook, pengguna internet bisa terhubung dengan bekas pacar sewaktu sekolah menengah atau kuliah, ujar Irna Minauli, psikolog pada Universitas Medan Area.
”Cinta-cinta lama dengan teman-teman lama barangkali bisa terkoneksi atau terhubung kembali. Dengan maraknya Facebook, kelihatannya kasus perselingkuhan di Indonesia semakin bertambah.”
Ini sebetulnya semacam trend dari tahun-ke tahun.
Di tahun 1980an ada ORARI, atau breaker pecinta radio amatir. Mereka terhubung satu sama lain dan biasanya saling tidak kenal. Akhirnya mereka berjanji bertemu di dunia nyata, atau copy darat. Itu juga sering menjadi ajang perselingkuhan.


Masa lalu
”Kalau di Facebook fenomenanya seringkali terhubung bukan dengan orang baru, tetapi biasanya dengan orang-orang lama. Orang-orang dari masa lalu.”
Lalu bagaimana bisa menghindari terjadinya perselingkuhan?
Memperkuat hubungan antara suami-isteri serta komunikasi dan kedekatan sangat penting antara pasangan, jelas Irna Minauli.

Kehidupan pribadi
“Kadangkala, misalnya mereka yang sangat menjaga privacy masing-masing, sehingga menganggap masing-masing boleh punya kehidupan pribadi yang tidak boleh diganggu. Tetapi apakah itu bisa mengendalikan bahwa tidak akan terjadi hal-hal yang melenceng?”
Pasangan banyak melakukan kegiatan bersama lebih bertahan dibanding pasangan yang melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Kemudian faktor spiritualitas atau agama juga penting dalam memperkuat hubungan suami-isteri.
Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan pasangan sering ke gereja bersama, angka perceraian jauh lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang jarang pergi ke gereja bersama.

Faktor agama
”Kalau di Indonesia, misalnya suami-isteri yang sering melakukan sholat berjamaah perkawinannya juga akan jauh lebih stabil dibandingkan pasangan yang jarang sholat berjamaah bersama. Jadi artinya faktor agama juga menjadi salah satu penghindar terjadinya perselingkuhan itu sendiri.”

Juga keterbukaan faktor penting mempertahankan hubungan pasangan. Irna Minauli menganjurkan supaya tetap usahakan berbagi perasaan dengan pasangan.
Daripada berbagi cerita dengan orang lain, mengapa tidak berbagi cerita dengan pasangan sendiri. Usahakan meluangkan lebih banyak waktu, perhatian dan energi untuk pasangan, kata psikolog dari Universitas Medan Area ini.

Tiga komponen
”Pertanyaan-pertanyaan kecil seperti misalnya ‘Yang, kamu sudah makan?’ itu kita berikan dalam bentuk perhatian kepada orang lain. Kenapa pertanyaan sama tidak kita kasih kepada pasangan sendiri?”

Dalam konteks psikologi, kebahagiaan perkawinan terdiri dari tiga komponen, yakni gairah, komitmen dan keterikatan. Tiga komponen sebaiknya dibina bersama pasangan. Daripada gairah terbangkitkan orang lain, bangkitkanlah perasaan itu bersama pasangan, kata Irna Minauli. Itu lebih aman.
Apakah orang pernah berselingkuh kemungkinan besar akan mengulang perbuatan sama? Menurut Irna Minauli itu tergantung dari bagaimana konsekuensi perselingkuhan itu.
“Kalau ternyata dia mendapatkan kepuasan, dia akan mengulangi. Tapi kalau misalnya kemudian gara-gara perselingkuhan itu dia jadi berantem, dia jadi susah, misalnya isterinya minta cerai, anak-anaknya menjadi berantakan, kemungkinan orang tidak akan mengulangi itu.”

Sumber