Samakah Ujub (Bangga Diri) dengan Narsis? (bagian 2/3)

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis.
ilustrasi

Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. (Wikipedia) 

Untuk mengkategorikan apakah seseorang itu mengidap sindrom narsisistik setidaknya paling sedikit harus memiliki 3 dari tanda-tanda berikut ini:

  1. Mengharapkan agar orang lain memuji dan menghormati dirinya, hasil kerjanya, atau apa yang ia miliki walaupun pada kenyataannya hal yang ia miliki tersebut bukanlah suatu hal yang luar biasa.
  2. Memiliki kebanggaan berlebihan dan perasaan “grandeur” atau kebesaran bahwa dirinya memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh yang terkenal. Contohnya selalu mengatakan bahwa dirinya adalah kerabat dari Presiden, atau mengaku sebagai sahabat artis terkenal dalam setiap kesempatan. Namun seringnya hal tersebut merupakan hasil karangan agar orang lain merasa kagum dengan dirinya.
  3. Bisa bersifat manipulatif dan menghalalkan segala cara agar orang lain merasa kagum dengan dirinya. Misalnya dengan mengklaim karya orang lain sebagai hasil karya sendiri yang kemudian dibanggakannya kepada orang lain.
  4. Merasa tidak rela dan tidak senang jika orang lain memiliki kelebihan dari dirinya (iri hati), dan berusaha keras untuk melebihi orang tersebut.
  5. Menyukai gaya hidup yang mewah, dan selalu mengikuti trend walaupun sebenarnya diluar batas kemampuannya. Hal ini dilakukan agar dirinya dipandang “lebih” dari orang lain.
  6. Haus akan perhatian dari orang-orang sekitarnya (self-centered), dan berusaha agar orang lain mau melakukan apa yang ia inginkan.
  7. Sangat sensitif dan sangat tidak suka jika dikritik oleh orang lain, dan akan membalasnya secara kasar. Jika dikritik, maka pikiran mereka akan selalu dibayangi oleh kritikan tersebut. Membuat mereka merasa sangat dipermalukan dan down.
  8. Merasa dirinya lebih superior daripada orang lain, baik dalam hal kepandaian, kekayaan, maupun gaya hidup. Padahal sebenarnya tidak.
  9. Memiliki rasa penolakan (rasa gengsi) yang tinggi terhadap hal-hal yang dianggap di bawah standar yang ditentukannya.
  10. Merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting yang harus dilibatkan dalam kehidupan orang lain, serta kurangnya empati (kepekaan) terhadap orang lain.
  11. Memiliki rasa percaya diri yang berlebihan dan terkesan arogan terhadap lingkungan sekitarnya.
  12. Kebanyakan individu dengan kepribadian narsisistik adalah individu yang ambisius, kurang peduli dengan keadaan sekitarnya/orang lain, sangat kompetitif, dan terkadang suka mencari perhatian. Demikian penjelasan mengenai narsis dalam pandangan psikologi umum.
Sumber :
http://spiritislam.net/index.php/2012/04/20/samakah-ujub-bangga-diri-dengan-narsis