Bahaya Situs Jejaring Sosial, Tutup Akun Jejaring Sosial!


Menurut saya sudah tidak aneh banyak penelitian yang menyebutkan demikian bahwa situs jejaring sosial dan sejenisnya itu tidak sehat, banyak dampak dan fenomena negatif yang terjadi akibat situs jejaring sosial tersebut meskipun niatnya baik.

Ada ulama juga yang telah memberikan fatwa bahwa media jejaring sosial itu haram. Tapi banyak pula yang menentang dengan berbagai alasan, dan hasilnya kini berbuah pada dirinya sendiri, banyak foto-foto yang dia unggah di internet beredar luas ada yang diedit sedemikian rupa, masuk situs ini dan itu, situs yang tidak pantas, terutama wanita,  rusaknya rumah tangga, ada yang cerai, konflik teman kerja, aib rumah tangga diumbar-umbar dan hal-hal negatif lainnya.

Perubahan sifat-sikap yang menimbulkan penyakit hati, sifat pamer, ujub, takabur, fitnah dan merendahkan orang lain seakan-akan berkembang dan diberi pupuk dan disirami setiap hari menjadi pribadi yang akhlaknya semakin buruk. Mereka bebas menuliskan komentar menggoda orang lain terang-terangan kepada wanita yang telah memiliki pasangan, tanpa memikirkan perasaan pasangannya, dan si wanita pun memajang foto-fotonya dari yang biasa sampai yang tidak pantas, tidak mau menghapus dan membiarkan semuanya kerabat melihat, memuji dan berkomentar sesukanya, seakan-akan menulis di mediasosial sudah berada di zona aman dan tidak tersentuh hukum, yang mereka tidak bisa lakukan jika ketemu orangnya secara langsung, apalagi jika dihadapan suaminya, tapi di media sosial seakan-akan dipersilahkan melakukannya. 

Inilah yang terjadi bukannya persatuan, tapi konflik yang muncul, orang luar ikut campur dalam hal masalah rumahtangga, seorang istri yang curhat tentang rumah tangganya, tentang suaminya di fb, mengeluh tentang pekerjaan, dan fitnah tersebar sangat luas, dan dibaca tidak hanya kerabat, tapi keponakan, teman SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, saudara, mertua, klien, tetangga semuanya baca, dan ini bisa jadi bahan gibah. Reputasipun bisa seketika jatuh saat melihat prilakunya di media sosial. Semua orang pun bisa membacanya termasuk suaminya, orang lain pun sudah bisa menjudge kepribadian seseorang dari FB nya tanpa harus mengenal langsung.

Meskipun belum kenal secara personal berteman di FB, semua orang diberikan kapasitas yang seolah-olah sama, mengetahui keadaan privasinya, dan bebas berkomentar dan mengetahui perasaan dan hal-hal yang terjadi di dalam rumahtangga kita karena di share di media sosial, sekali share semua orang yang online bisa tahu. Lalu untuk apa adanya  pasangan jika membicarakan masalah pribadi ke orang lain, tidak memberikan solusi, jika adapun, dia ikut campur terhadap kehidupan pribadi orang lain yang telah berapasangan itu salah, yang lebih berhak secara agama adalah pasangannya, disinilah timbul awal-awal perselingkuhan, ada masalah curhat ke fb atau lawan jenis yang dikenal di fb yang lebih parah jika pasanganya pun kadang dikeluhkan di jejaring sosial, dan dikomentari oleh teman yang tertarik dengan dia dan memang berniat menghancurkan rumah tangganya. Cerai sudah.. Ini lah yang terjadi, banyaknya kasus perceraian akibat perselingkuhan di FB bisa cek dikategori klikdisini

Yang menentang fatwa haram dulu, dan tetap menggunakan jejaring sosial kini perlahan lahan satu persatu menerima akibatnya.

Bisa saja suami istri ada didalam rumah tapi sang istri sibuk berkomunikasi dengan pria lain mengomentari foto, status, bisa juga sebaliknya suaminya pun bisa melakukan hal yang sama. Ini sudah sudah tidak benar, dan contohnya sangat banyak terjadi, sampai terjadi kasus perceraian. Masalahnya semua fasilitas yang ada di situs tersebut mengarah kesana, pasang "foto, tag, comment, like, feeling, dengan siapa, sedang dimana" dan lain sebagainya. Padahal prilaku manusia  sangat besar presentasenya dipengaruhi oleh fasilitas lingkungan. Jika disitus tersebut yang disediakan demikian, maka fasilitas itulah yang digunakan.

Malah meskipun mereka menyadari bahwa lingkungan "jejaring sosial" adalah "sistem" yang secara tidak sadar, membuat manusia menggunakan atau berprilaku untuk ke arah tersebut secara cepat atau lambat, ada saja yang masih ragu-ragu menutup akunnya, ada yang memang tetap melakukannya. Mereka belum merasakan dorongan sampai ada masalah yang benar-benar muncul dan akhirnya menutup jejaring sosialnya. 

Kemauan tersebut semua tergantung kadar nafsu, iman dan pengorbanan merelakan keburukan dan digantikan dengan kebaikan jika mau menutup akunnya, dan kembali ke kehidupan  nyata yang didalamnya terdapat etika kepantasan dan kesopanan. Atau tetap keras kepala menapis fakta negatif itu semua sampai makin parah dan berakhir pada perceraian, konflik, sampai ada kasus penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, sampai pembunuhan. Cek videonya dibawah ini.

 


Bahaya Facebook