Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Pada umumnya KEP, disebabkan oleh :
- Faktor kemiskinan
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan pemberian makanan sesudah bayi disapih
- Pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Klasifikasi KEP menurut % Median WHO-NCHS
- KEP Ringan : BB/U 70 – 80 % Median WHO-NCHS
- KEP Sedang: BB/U 60 – 70 % Median WHO-NCHS
- KEP Berat : BB/U < 60 % Median WHO-NCHS
Dampak Kekurangan Energi Protein (KEP)
Pada anak-anak:
- Menghambat pertumbuhan
- Rentan terhadap penyakit infeksi
- Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
Pada orang dewasa :
- Menurunkan produktifitas kerja
- Menurunkan derajat kesehatan
- Rentan terhadap serangan penyakit
Dampak Kekurangan Energi Protein (KEP) ringan bila tidak ditangani maka status gizi akan lebih buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor). Sedangkan Kekurangan Energi Protein (KEP) Berat / gizi buruk
- Marasmus →kekurangan energi
- Kwashiorkor → kekurangan protein
- Marasmic -kwashiorkor →Kekurangan energi dan protein
Tanda klinis marasmus
- Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti Orang tua
- Cengeng, rewel
- Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit → Kulit mudah diangkat, kulit terlihat longgar, kulit paha berkeriput
- Otot menyusut (wasted), lembek
- Tulang rusuk tampak terlihat jelas
- Terlihat tulang belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput
- Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam
- Tekanan Darah, detak jantung pernafasan berkurang.
- Oedema (terutama kaki bagian bawah)
- Bentuk muka bulat seperti bulan (moon face)
- Rambut tipis, warna coklat kemerahan (pirang/abu-abu dan mudah lepas/mudah dicabut tanpa rasa sakit
- Kulit kering, hiperpigmentasi dan bersisik,
- Crazy pavement dermatosis(bercak-bercak putih/merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan)
- Hepatomegali (Pembengkakan hati)
- Gabungan dari tanda marasmus dan kwashiorkor
- Gangguan pertumbuhan
- Crazy pavement dermatosi
- Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut
- Muka seperti orang tua
- Oedema hanya pada anggota gerak bagian bawah
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP)
Pelayanan gizi (Depkes RI, 1998). Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut : (1) Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanandi rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun. (2) Balita KEP sedang; (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya. (3) Balita KEP berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
Kegiatan penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) balita.Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi : (1) Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita beradasarkan berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada saat itu. Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri. (2) Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi : pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.
Program yang di berikan oleh pemerintah sendiri untuk mengatasi masalah Kekurangan Energi Protein :
1.jangka pendek
a. Upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di Posyandu
b. Rujukan kasus KEP dengan komplikasi penyakit di RSU
c. Pemberian ASI Eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan
d. Pemberian kapsul Vit A
e. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan bagi balita gizi buruk dengan lama
pemberian 3 bulan
f. Memberikan makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga miskin usia 6-12
bulan
g. Promosi makanan sehat dan bergizi
2. Jangka menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
3. Jangka panjang
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
b. Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan kemiskinan dan
ketahanan pangan
Pemerintah sudah membuat program untuk menanggulangi Kekurangan Energi Protein (KEP), namun sampai saat ini penanganan yang diberikan, hanya mampu mengurangi sedikit kasus gizi buruk pada balita. Hal ini membuktikan bahwa penanganan dan program yang diberikan oleh pemerintah belum mampu menekan jumlah kasus gizi buruk yang ada. Ketidakberhasilan penanganan dan program tersebut mungkin dikarenakan kurang tepatnya perbaikan terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita diketahui dan diatasi dengan tepat, otomatis kasus gizi buruk akan berkurang.
REFERENSI
sumber : http://wurihandayanieldi.blogspot.com/2012/12/kekurangan-energi-protein.html