Pengertian CTDs
Cumulative Trauma Disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher).
Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling rentan terhadap risiko terkena CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya CTDs.
Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Semua gangguan akut dan kronis tersebut merupakan bentuk dari gangguan muskuloskeletal yang biasanya muncul sebagai :
a. Arthritis pada sendi akibat tekanan mekanis.
b. Inflamasi pada sarung pelindung tendon (tendinitis, peritendinitis)
c. Inflamasi pada titik sambungan tendon.
d. Gejala-gejala arthrosis (degenerasi sendi kronis)
e. Kejang dan nyeri otot.
f. Gangguan pada diskus intervertebral pada tulang belakang.
Seringkali CTDs tidak terlihat dan sangat jarang memperlihatkan tanda awal yang nyata. CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti otot, tendon, syaraf dan lain-lain. Oleh karenanya CTDs sering disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs). Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. CTDs biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan carpal (carpal tunnel syndrome), tendinitis, tenosinovitis dan bursitis.
Selain musculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut CTDs adalah Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs), Repetitive Strain Injuries (RSI) atau Overuse Syndrome.
Faktor Penyebab CTDs
Secara pasti hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya CTDs sulit untuk dijelaskan. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau memberikan kontribusi terhadap timbulnya CTDs. Faktor-faktor resiko tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia/pekerja.
A. Faktor pekerjaan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan penyebab timbulnya CTDs adalah :
1. Gerakan berulang
Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang.
2. Sikap paksa tubuh
Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot, tendon dan syaraf.
3. Manual handling
Salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah pekerjaan manual handling. Manual handling adalah pekerjaan yang memerlukan penggunaan tenaga yang besar oleh manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, menyeret, melempar, dan membawa.
4. Peralatan kerja tidak sesuai
Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi pada tendon bisa menyebabkan terjadinya CTDs. Cara memegang alat atau benda dengan menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs.
B. Faktor lingkungan
1. Getaran mekanis
Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area frekuensi infrasonik dan sebagian dalam rentang frekuensi suara yang bisa didengar manusia. Respon tubuh manusia terhadap getaran sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota tubuh yang terpapar. Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat gerakan atau getaran yang ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi resonansinya.
2. Mikroklimat
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun.
C. Faktor manusia/pekerja
1. Umur
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat.
2. Jenis kelamin
Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena CTDs lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3 dibanding 1.
3. Ukuran tubuh / antropometri
Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan danmassa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan terhadap timbulnya CTDs.
4. Kesehatan / kesegaran jasmani
Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%.
Sumber : http://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/12/31/cumulative-trauma-disorers-ctds/
Cumulative Trauma Disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher).
Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling rentan terhadap risiko terkena CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya CTDs.
Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Semua gangguan akut dan kronis tersebut merupakan bentuk dari gangguan muskuloskeletal yang biasanya muncul sebagai :
a. Arthritis pada sendi akibat tekanan mekanis.
b. Inflamasi pada sarung pelindung tendon (tendinitis, peritendinitis)
c. Inflamasi pada titik sambungan tendon.
d. Gejala-gejala arthrosis (degenerasi sendi kronis)
e. Kejang dan nyeri otot.
f. Gangguan pada diskus intervertebral pada tulang belakang.
Seringkali CTDs tidak terlihat dan sangat jarang memperlihatkan tanda awal yang nyata. CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti otot, tendon, syaraf dan lain-lain. Oleh karenanya CTDs sering disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs). Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. CTDs biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan carpal (carpal tunnel syndrome), tendinitis, tenosinovitis dan bursitis.
Selain musculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut CTDs adalah Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs), Repetitive Strain Injuries (RSI) atau Overuse Syndrome.
Faktor Penyebab CTDs
Secara pasti hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya CTDs sulit untuk dijelaskan. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau memberikan kontribusi terhadap timbulnya CTDs. Faktor-faktor resiko tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia/pekerja.
A. Faktor pekerjaan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan penyebab timbulnya CTDs adalah :
1. Gerakan berulang
Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang.
2. Sikap paksa tubuh
Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot, tendon dan syaraf.
3. Manual handling
Salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah pekerjaan manual handling. Manual handling adalah pekerjaan yang memerlukan penggunaan tenaga yang besar oleh manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, menyeret, melempar, dan membawa.
4. Peralatan kerja tidak sesuai
Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi pada tendon bisa menyebabkan terjadinya CTDs. Cara memegang alat atau benda dengan menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs.
B. Faktor lingkungan
1. Getaran mekanis
Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area frekuensi infrasonik dan sebagian dalam rentang frekuensi suara yang bisa didengar manusia. Respon tubuh manusia terhadap getaran sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota tubuh yang terpapar. Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat gerakan atau getaran yang ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi resonansinya.
2. Mikroklimat
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun.
C. Faktor manusia/pekerja
1. Umur
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat.
2. Jenis kelamin
Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena CTDs lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3 dibanding 1.
3. Ukuran tubuh / antropometri
Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan
4. Kesehatan / kesegaran jasmani
Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%.
Sumber : http://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/12/31/cumulative-trauma-disorers-ctds/